Hari itu saya mungkin hanya
sedang mencari alasan untuk melewatkan waktu bersamamu.
Modus memang.
Tapi jika tidak begitu, entah
bagaimana lagi caranya supaya bisa dekat dengan kamu.
Bermodalkan pengetahuan
pas-pasan tentang event yang sedang kamu geluti.
Saya nekat menawarkan
bantuan.
Seolah-olah seperti seorang event
organizer profesional.
Nyatanya malah tak
berpengalaman sama sekali.
Mengajakmu ke suatu tempat.
Tempat favorit kita mungkin.
Memperhatikanmu yang begitu
serius.
Dengan muka kusut perpaduan
antara stres dan mengantuk.
saya pun memasang tampang seakan-akan ikut pusing.
Maaf, tapi dalam hati
sebenarnnya saya tersenyum.
Saya senang melihatmu seperti
itu.
Terlihat lucu bagiku.
Untungnya kamu tidak tahu.
Saya cuman bisa mengajakmu
bercanda.
Membahas nanti kita jika
menikah.
Kamu tertawa.
Syukurlah.
Walaupun sempat menyentilku
dengan kalimatmu.
"Terlalu jauh bahas
masalah itu, hubungan kita saja belum jelas".
Menengok ke arah tv.
Liverpool bertanding.
Dan menang.
Walaupun pada saat itu kamu
tidak perduli dgn antusiasku karena kemenangan itu.
Tapi dalam hati, saya sangat
bersyukur.
Melewatkan kemenangan besar
Liverpool bersamamu.
Berada di sampingmu.
Fajar menyingsing.
Saatnya mengantarmu pulang.
Walau hujan.
Agak iba juga melihatmu
selemas itu karena kantuk.
Menerobos dingin.
Saya mengatakan tidak ketika
kamu bertanya apakah saya kedinginan.
Saya sok kuat.
Tak mau terlihat lemah di
hadapanmu.
Walaupun pada saat itu saya
sudah menggigil setengah mati.
Mungkin saya harus berterima
kasih pada hujan.
Kita menepi sejenak.
Mencari tempat untuk
berteduh.
Sekalian membahas hubungan
kita.
Saat itu, sekali lagi.
Saya mengajukan pertanyaan yang
sama beberapa bulan lalu.
"Maukah kamu menjadi
kekasihku???"
Ingat apa reaksimu???
Kamu mencapku sebagai pria
tak romantis.
Mungkin karena saya
mengatakannya langsung.
Tanpa pengantar, intro, kalimat pembuka atau yang sejenisnya.
Demi Tuhan, saya hampir gila.
Kamu menjawab iya.
Membuat seolah-olah saya baru
saja mendapatkan lotre milyaran rupiah.
Senang bukan main.
Sepanjang perjalanan pulang seperti
orang gila.
Bernyanyi dengan suara keras.
Berteriak-teriak.
Sambil mengucap syukur.
19 februari 2013.
Saya merasa sangat disayang
oleh Tuhan.
Liverpool menang besar.
Kamu menerimaku menjadi
kekasihmu.
Disaksikan tetesan hujan dan
gema suara lantunan ayat suci dari rumah Tuhan.
Maka nikmat Tuhan yang mana
lagi yang aku sangsikan???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar