Selasa, 07 Mei 2013

Islam itu mengajarkan perlawanan

    Bangsa Indonesia adalah bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang umat Islamnya paling besar di seluruh dunia. Ini juga sering terdengar di kebanyakan khotbah-khotbah yang entah itu kita dapati secara langsung ataupun menyaksikannya melalui layar kaca. Walaupun pada akhirnya kehidupan berbangsa, bernegara, serta bermasyarakat di negara ini sama sekali tidak terlalu mencerminkan predikat di atas.

     Predikat sebagai penganut agama Islam itu tak sebanding dengan reputasi yang tertorehkan dalam perjalanan negara ini. Korupsi justru membabi buta di negara ini. Bahkan korupsi pun juga sudah merasuki di departemen agama negara ini. Instansi yang seharusnya diisi oleh "orang-orang suci" sebagai panutan bagi masyarakat luas. Belum lagi pendidikan yang bertemakan Islam ternyata juga tega memeras biaya pendidikan yang melangit kepada orang tua peserta didiknya. Biaya yang mencekik ternyata berlaku juga di rumah sakit-rumah sakit yang berlabelkan Islam. Ditambah lagi beberapa organisasi-organisasi Islam yang identik dengan sikap heroik salah tempatnya yang sangat jauh dari konsep Islam. Lantas Islamnya ada dimana?

     Entahlah, mungkin Islam di bangsa ini hanya identik dengan sisi ritualitasnya saja. Islam yang cuman ada shalat, tadarrus, zikir, serta haji (itupun terkadang hanya untuk mencapai status sosial yang tinggi di masayarakat),dan lain sebagainya yang bersifat ritualis. Islam seakan-akan terpenjarakan oleh tembok-tembok masjid yang megah. Tembok-tembok megah yang di dalamnya kita asyik bermesraan dengan Tuhan seakan tak perduli akan realitas-realitas sosial yang terjadi di balik tembok-tembok megah itu. seakan-akan Islam telah kehilangan esensinya dalam beragama. Masyarakat kita gagal "menghadirkan" Tuhan di dalam kehidupannya sehari-hari. ya, ini sama seperti yang Nietzche katakan sebagai kematian Tuhan. Manusia dengan arogannya membunuh makna serta citra Tuhan itu sendiri. ataupun yang feurbache katakan bahwa manusia telah terasing dari nilai-nilai luhurnya yang tercermin dengan kehidupan bermasyarakatnya yang jauh dari konsep agama.

     Setahuku Islam bukan seperti itu, Islam itu mengajarkan untuk membina hubungan baik secara horizontal maupun secara vertikal. Berbuat baik kepada Tuhan serta berbuat baik sesama makhluk. Islam mengajarkan kasih sayang,  kemanusiaan, serta toleransi kepada sesama manusia. Mengajarkan agar. sesama manusia untuk saling tolong menolong serta saling menghargai tanpa. harus memilih-memilih. Namun entah Islam yang sekarang, mungkin saja konsep tersebut sudah usang dan tergantikan seiring berlalunya zaman.

     Hey, tunggu dulu. Islam sekarang masih mempertahankan nilai-nilai sosialnya. Islam masih berada di garis terdepan dalam memerangi kemaksiatan yang terjadi di lingkungan masyarakat. terbukti dengan berbondong-bondongnya para pejuang-pejuang Islam untuk ikut serta dalam memberantas penyakit-penyakit masyarakat. Jika bulan puasa tiba, maka dengan garangnya mereka menghancurkan warung-warung yang menjual minuman-minuman keras, rumah-rumah bordil sarang para wanita malam menjajakan dirinya, ataupun klub-klub malam yang masih buka pada bulan puasa. mereka merusak, membakar serta memporak-porandakannya walaupun tanpa ada yang tahu atas legitimasi apa mereka berbuat seperti itu.

     Jika ditilik lebih jauh, malah melihat kecenderungan para pejuang tersebut justru membuat adanya ironi di dalamnya. dimana melihat perjuangan mereka yang ternyata sangat bersifat momentuman belaka. ketika bulan puasa telah berlalu, praktis tidak ada lagi tindakan-tindakan perlawanan yang mereka lakukan. Lantas dimana mereka dalam memberantas korupsi? dimana mereka pada saat penggusuran pemukiman kaum miskin? apakah itu tidak termasuk tindakan berdosa di dalam ajaran Islam? sungguh benar-benar sangat memprihatinkan. Ini ditambah lagi terkadang tindakan mereka yang terkesan masih memilih-milih korbannya. entah karena persoalan politis atau sebagainya. Dilengkapi dengan citra buruk yang melekat kepada mereka yang katanya lebih layak dijuluki preman dibanding pejuang Islam akibat tindakan-tindakan brutal yang kerap terjadi kala mereka menjalankan aksinya. malah harusnya Islam tidak seperti ini kawan!!!

     Jika para ulama ditanya bagaimana pendapat mereka tentang penggusuran kaum miskin, mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan, penyakit busung lapar dimana-mana, serta korupsi yang membudaya. maka kebanyakan dari mereka akan menjawab dan menghimbau agar tetap sabar dan menganggap semua itu cobaan dari Tuhan. Kita cukup berdoa saja semoga cobaan ini cepat berlalu. Namun apakah dengan bermodalkan dengan kesabaran serta doa bangsa Ini akan menyelesaikan problem keb angsaaannya? tentu saja jawabannya adalah tidak. Kita tidak boleh hanya duduk sambil mengadahkan tangan berharap Tuhan sudi turun dari kayangan dan melafadzkan kalimat kun fayaakun yang lantas membuat bangsa ini sejahtera. bukankah sudah jelas tertuang dalam Al Quran bahwa "tak akan berubah nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang mengubahnya." kita butuh ikhtiar sebagai penyelesaiannya. dibutuhkan usaha yang keras untuk memenuhi syarat-syarat yang Tuhan berikan untuk kita. syarat-syarat untuk memenuhi takdir yang telah Tuhan siapkan untuk bangsa ini. Bukan hanya sekedar teori saja untuk mendapatkan kesejahteraan. bukan hanya dengan menghakimi suatu perbuatan itu dosa atau tidak. melainkan kita harus mempraktekkannya. melakukan amal baik dan mencegah yang mungkar.

   Jadi, seharusnya kita sebagai manusia beragama mulai menghadirkan Tuhan dalam kehidupan sosial kita. Bukan hanya dengan sekedar bersabar dan berdoa, melainkan berperan aktif dalam menegakkan nilai-nilai Islam di negara ini. Melakukan perlawanan terhadap penindasan serta ketidakadilan yang terjadi di negara ini. Ya, Islam seharusnya begitu. karena Islam itu adalah agama perlawanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar