Rabu, 08 Mei 2013

Sepenggal surat lainnya

Nak, mendekatlah kesini.
Ayah punya cerita untukmu.
Ayah ingin berbagi kisah masa lalu ayah.
Masa lalu ketika ayah masih duduk di bangku kuliah.
Masa yang telah ayah lalui dan kelak akan kamu lalui juga.

Nak, kamu boleh berbangga.
Ayahmu ini adalah salah satu mahasiswa berprestasi di zamannya.
Betapa tidak, ayah berhasil menyelesaikan studi ayah hanya dalam tempo 3 tahun setengah.
Nilai ayah pun sangat fantastis.
Ayah berhasil menjadi sarjana berpredikat cum laude dengan IPK 3,9.
Prestasi yang tidak semua mahasiswa mampu mencapainya.

Nak, dulu waktu ayah masih menjadi mahasiswa.
Hari-hari ayah selalu bergelut dengan kuliah.
Bercengkrama dengan buku-buku kuliah.
Menghabiskan waktu ayah di kelas ataupun di perpustakaan.
Tak ada waktu untuk dibuang percuma.
Apalagi hanya dipakai untuk bersenda gurau.
Ayah lebih memilih untuk berpikir bagaimana caranya agar ayah menjadi nomor satu.

Nak, cuman satu permohonan ayah untukmu.
jangan kamu bertanya tentang bagaimana kisah pergaulan ayah di kampus karena ayah tak punya.
Jangan kamu bertanya tentang kisah cinta ayah di kampus karena ayah tak pernah.
Jangan kamu meminta ayah untuk bercerita tentang kisah heroik ayah yang memperjuangkan nasib rakyat karena ayah tak bisa.
Dan jangan pernah bertanya tentang wacana-wacana kebangsaan kepada ayah karena ayah tak tahu.

Iya nak, kamu benar.
Kisah dunia kampus ayah sangat tak menarik.
Ibaratkan film yang ceritanya sangat monoton.
Ayah mewarnai kanvas kehidupan kampus ayah hanya dengan satu warna saja.
Terlalu terpaku terhadap goresan angka di atas sehelai kertas.
Ayah lupa belajar tentang persahabatan.
Ayah lupa belajar tentang keperdulian.
Ayah lupa belajar tentang kemanusiaan.
Serta ayah lupa belajar tentang cinta kasih.
Pelajaran-pelajaran yang tak pernah diajarkan oleh dosen ayah.
Pelajaran-pelajaran yang tak tercantum di atas kertas nilai ayah.

Nak, lihatlah sekarang.
Ayah tak siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya.
Ayah lupa untuk 'mendunia' di 'miniatur kehidupan'.
Miniatur kehidupan yang bernama dunia kampus.
Sehingga membuat ayah jadi kehilangan daya saing.
Sehingga ayah terlindas oleh zaman.

Memang benar kata orang.
Belajar adalah tugas mulia seorang mahasiswa.
Tapi bukankah belajar tidak hanya bisa dilakukan dalam kelas?Belajar tidak hanya bisa dengan menggunakan diktat-diktat kuliah?
Banyak hal yang bisa kamu pelajari di dunia kampus nak.
Kampus bisa mengajarkan makna lain dari kehidupan.
Pelajaran bahwa kehidupan bukan soal kompetisi.
Bukan hanya tentang kuliah, kerja, kawin, serta berakhir di kuburan.
Kampus mengajarkan hidup itu tentang berbagi.
Ya,hidup itu tentang bagaimana kamu tersenyum, dia tersenyum, dan mereka tersenyum.

3 komentar: