Minggu, 28 April 2013

ini cinta hamba untuk tuan

Salam kesalamatan untukmu tuan.
Apakah tuan baik-baik saja hari ini?
Tuan kelihatannya sedang murung.
Mungkin tuan sedang banyak masalah.
Mungkin tuan sedang banyak pikiran.

Tuan, perkenalkan hamba.
Hamba adalah orang yang akan selalu menjaga tuan.
Orang yang akan selalu memastikan tuan dalam keadaan baik-baik saja.
Membuat tuan senantiasa bahagia.
Hamba telah mengabdikan diri hamba untuk tuan.
Senyum tawa tuan adalah kebahagiaan bagi hamba.
Diam, tangisan dan sedih adalah siksa yang perih buat hamba
Maka jangan tuan khawatir jikalau hamba repot atau susah diri demi menyenangkan tuan.
Itu sudah menjadi tugas hamba.

Katakan pada hamba.
Apa yang harus hamba lakukan untuk melihat senyum tuan kembali.
Mendengar tuan kembali tertawa.
Hamba gelisah melihat tuan yang diam seperti itu.
Hamba benar-benar tak tahu harus berbuat apa.
Tolong sampaikan kepada hamba cara membahagiakan tuan.
Hamba tak punya kemampuan cenayang untuk membaca pikiran tuan.
Hamba hanya bisa menunggu.
Menunggu tuan untuk terbuka.

Tuan jangan takut.
Hamba memang seperti ini.
Hamba sudah menyerahkan hidup hamba untuk kebahagiaan tuan.
Tak perlu merasa cemas ataupun merasa sungkan.
Tak perlu pula bertanya kenapa hamba mau.
Hamba juga tak mengerti tuan.
Yang hamba tahu sebuah penyerahan total kepada tuan.
Yang hamba tahu ini mungkinlah sebuah cinta untuk tuan.

jikalau merindumu pun salah

Senja datang bersama rindu.
Rindu yang juga membawa siksaan dengannya.
Apakah kamu suka pada saat merindu?
Aku tak suka.
Aku bukanlah seorang masokis yang begitu menyukai siksaan.
Aku hanyalah seorang manusia biasa yang tahan akan siksa yang mendera.
Apalagi jika siksa karena merindu kamu.
Dan celakanya aku sedang merindukanmu saat ini.

Aku merindukanmu seperti seorang pesakitan membutuhkan ganja.
Seperti seorang yang sakit membutuhkan obat.
Seperti seorang perindu yang ingin bertemu.
Tapi itu sulit saat ini sepertinya.
Kamu masih tak ingin bertemu.

Aku ingin berbagi denganmu.
Bercerita apapun juga bersamamu.
akhirnya yang bisa kulakukan hanyalah meraih ponselku.
Berniat hanya sekedar mendengar suaramu.
Tapi itu pun kamu tak mau.
Hanya kiriman pesan singkat yang menurutku bernada sinis darimu.
Sebenci itukah kamu?
Apakah salah karena merindumu?

Ah, mungkin saja kamu butuh waktu tanpa aku.
Mungkin saja itu memberimu sedikit ruang untuk berpikir.
Masihkah kamu ingin bersamaku.
Atau mungkin saja tanpa aku kamu lebih bahagia.
Aku tak tahu.
Yang kutahu hanyalah saat ini aku hanya sedang sangat merindukanmu.
Apakah kamu merindukanku juga?
Apakah kamu akan mencariku ketika ku menghilang?
Apakah kamu akan mengejarku ketika ku berlalu?

Tak apalah.
Jikalau memang merindumu pun salah.
Aku hanya akan menunggumu.
Menunggumu hingga kamu merindu pula.
Itupun jika terjadi.
Karena jika tidak.
Maka celakalah aku.

Sabtu, 13 April 2013

Tanda titik dua bintang dan tanda kurung kurawal dalam tanda kurung

Hari ini seperti biasa.
Ada begitu banyak pesan singkat darimu.
Entah berapa juga pesan singkat yang kukirim untukmu.
Isinya seperti biasa.
Kalimat aku mencintaimu.
Janjiku untuk terus bersamamu.
Dan deskripsi betapa berharganya kamu untuk aku.

Dari begitu banyak pesan singkat kita.
Tahukah kamu apa yang begitu menarik.
Tanda titik dua bintang serta tanda kurung kurawal di dalam tanda kurung.
Tanda yang selalu kita kirimkan setiap hari.
Tanda yang lucu menurutku.

Setiap tanda itu muncul.
Seolah-olah kamu berada di sampingku.
Memelukmu dan menciummu dengan begitu mesra.
Membelaimu lembut hingga membuatmu terbuai.
Menjelajahi tiap inci tubuhmu yang begitu indah.
Mengecup wajah manismu.
Ya, saya mencumbumu saat itu.
Saya mencumbumu melalui teks.
Bermesraan denganmu lewat rangkaian kata.

Itu terdengar lucu kan???
Iya, kita hanya bisa saling memadu kasih lewat kata.
Padahal tiap harinya kita bertemu.
Hanya bisa memelukmu dan mengecupmu dalam khayal.

Tapi sabarlah kamu.
Akan tiba masanya kita akan melakukannya nanti.
Bukan lagi lewat kata-kata.
Bukan lagi diwakilkan lewat tanda titik dua bintang dan tanda kurung kurawal dalam tanda kurung.
Ketika tak ada lagi hijab antara kita.
Ketika negara sudah mengakui hubungan kita.
Ketika aku menikahimu.

saya tak tahu ini berjudul apa

Hai 19 februari!
Bagaimana kabarmu?
Masih mengingat dia?
Masih merindukan dia?
Semoga saja tidak.
Jikalau pun iya, maka celakalah aku.

Tahukah kamu.
Saya benci melihatmu dengan dia.
Mengetahui ceritamu tentang dia.
Melihat fotomu bersamanya.
Melihat barang-barang yang berisi kenanganmu bersama dia.
Membaca tulisan yang kamu buat hanya untuk dia.
Membayangkan kedekatanmu waktu masih dengan dia.

Tahukah kamu.
Itu bisa membuatku gila.
Membuat moodku berantakan.
Sering marah tak jelas.
Merasa bodoh sendiri.
Cemburu lebih tepatnya!!!

Tahukah kamu.
Aku takut kehilangan kamu.
Takut kamu kembali padanya.
Takut kamu masih menyimpan rasa untuk dia.
Takut aku tak lebih baik darinya.
Takut kamu lebih bahagia bersamanya dibanding denganku.
Takut kamu lebih memilih dia daripada saya.

19 februari,
Aku tahu mungkin dia lebih tampan.
Dia lebih lucu.
Dia lebih sabar menghadapimu.
Dia lebih pintar.
Dia lebih punya masa depan ketimbangku.
Tapi satu yang tahu kelebihanku.
Aku lebih total mencintaimu!!!

19 februari,
Bagaimana pun lebihnya dia daripadaku.
Dia melepasmu.
Dia tak memelukmu erat.
Dia hanya masa lalumu.
Sedangkan aku,
Aku masa kini dan masa depanmu.
Aku yang tak akan pernah mau melepasmu.
Aku yang akan terus memelukmu erat hingga membuatmu sesak.
Aku yang tak akan pernah membiarkanmu pergi.
Aku yang akan selalu mencintaimu.

Semua itu kulakukan.
Karena aku tahu.
Kamu itu cinta dan hidupku.

Kamis, 11 April 2013

jumat, 12 april 2013 di pagi hari

Ada banyak cerita dan senyuman di pagi ini. Menuliskannya mungkin menjadi pilihan kesekian. Takutnya saya malah terlihat seperti seorang gadis labil menjijikkan yang senang menulis di blognya seperti menulis di diary yang isinya tentang apa yang dia bagaimana hidupnya berjalan yang sebenarnya orang sama sekali tak tertarik untuk membacanya. Tapi untuk kali ini tak apalah. Toh kata-kata yang saya pakai tidak akan semanis seperti gadis abg labil itu. Saya lebih suka bercerita dengan sedikit kasar. Dan saya pun tak berharap kalian (yang entah dengan alasan apa membaca ini) tertarik.

Pagi ini tak seperti biasanya. Masih ada sisa mood yang berantakan bekas semalam. Bahkan ketika melihat isi kotak masuk di ponsel. Malah semakin membuat malas. Tengoklah jam, pukul berapa sekarang? 04.43!!! Gila, entah jin baik apa yang merasuki saya sampai-sampai bangun sepagi ini. Padahal jam segini biasanya saya baru mulai untuk mencoba tertidur. Ini masih terlalu pagi. Masih sempat untuk nyampah berkicau di twitter. Sebelum akhirnya memutuskan melakukan sesuatu yang langka. Mandi pagi!!! Bukankah ini hal gila? Yang biasanya mandinya hanya sekali sehari pas tengah hari. Merangkum mandi pagi dan mandi sore. Lebih efektif dan lebih efisien. Menghemat air juga tentunya. Menghargai saudara-saudara kita disana yang kekurangan air. Ah sudahlah, itu hanya apologi dari kemalasanku saja. Bahkan setelah mandi ini masih saja terlalu pagi. Tahu yang selanjutnya? Melaksanakan shalat subuh. Bangsat, ini seperti bukan saya. Ibadah yang bahkan jumlah saya melakukannya dalam setahun hanya unggul tipis dari jumlah saya melaksanakan shalat hari raya dalam setahun. Tapi syukurlah, dengan shalat subuh kali ini saya bisa berbagi kesah dengan Tuhanku. Setidaknya saya bisa menegurnya. Berhentilah sedikit bermain-main dengan hidupku. Bisa kan Tuhan???

Apalagi yang menarik di pagi ini??? Jalan raya di pagi hari. Saya ibarat seorang raja yang disambut oleh rakyatnya. Disapa mentari pagi yang hangat, embun pagi yang masih menetes di sela-sela dedaunan di pohon, aroma hujan di jalanan bekas semalam. Teduh mendamaikan, itu kesan pertama di kepalaku. Jalan raya di pagi hari ramah. Lengang tak ada padatan berarti. Tak ada suara mesin motor yang memekakkan telinga. Tak ada ketergesa-gesaan yang ditandai dengan suara klakson yang tak bersahabat. Tak ada pengguna jalan menyebalkan tak tahu diri yang seolah-olah merasa jalan raya adalah miliknya seorUHuatnya rutinitas kehidupan. Wajah yang dalam beberapa jam ke depan akan berubah suram.

Pagi ini manis. Layaknya senyuman seorang gadis remaja yang baru saja jatuh cinta. Penuh cerita baru. Ah, bukan cerita baru. Hanya cerita lama yang sempat terlupa dan baru teringat kembali. Cerita tentang sensasi bangun pagi, sejuknya air di timbaan air pertama saat mandi pagi, teduhnya jiwa yang berdialog dengan Tuhan di ibadah subuh, tentang jalan raya yang menyapa begitu ramah di pagi hari, dan cerita kesibukan manusia yang berlalu lalang menyambut paginya. Cerita-cerita yang saya sendiri sudah lupa kapan melewatinya. Cerita-cerita yang entah kapan lagi saya akan mendapatkannya. Yang jelas pagi ini indah. Pagi ini sudah kukalahkan.

Rabu, 10 April 2013

Adi Bing Slamet harusnya membenci Tuhan

Anda punya sebuah kotak bernama televisi di rumah?
Pernah menonton infotainment?
Tahu tentang berita adi bing slamet kontra eyang subur?
Pertikaiannya.
Saling menuduhnya.
Pembelaan dirinya.
Dramanya!!!

Jawabannya pasti pernah.
Bahkan orang yang benci menikmati acara gosip seperti saya pun pernah.
Bukan hanya pernah, saya bahkan tahu secara rinci dramanya.
Bagaimana tidak.
Tayangan tv kita seakan-akan memaksa kita menikmatinya.
Tiap harinya hanya soal itu terus-terusan ditayangkan.
Kita dicekoki tiap episode drama tersebut.
Tanpa ada pilihan menu lainnya.
Entahlah, mungkin jurnalis Indonesia sedang miskin berita  sampai-sampai harus sesibuk itu menyebarkan berita tak berkualitas seperti itu.

Simak drama ini.
Pertikaan antara mantan murid dan sang guru spiritiual.
Cerita yang diperankan oleh adi bing slamet sebagai sang murid dan eyang subur sebagai sang guru spiritual.
Yang entah mengapa tiba-tiba si murid murtad dari gurunya.
Bahkan mengatakan sang guru sesat, cabul, suka memeras, dan hal buruk lainnya.
Dan sang guru menangkisnya dengan melaksanakan acara maulid sambil membagi-bagikan uang pada anak-anak yatim..
Seakan-akan menjelaskan bahwa dirinya seorang islam dan dermawan.
Membiarkan para pionnya berteriak membelanya.
Kebiasaan seorang raja.

Ada satu hal yang menggelitikku dari drama ini.
Latar belakang berkoar-koarnya sang murid.
Atas nama agama dan umat.
Menabuh genderang perang pada sang guru spiritual.
Eyang subur yang dianggap menyebarkan kesesatan pada umat.
Adi bing slamet mengajak umat islam lainnya memerangi eyang subur juga.
Alasannya simpel.
Sebagai umat islam kita tidak boleh membiarkan jika ada yang ingin menyesatkan umat islam.
Jika tidak, itu sama saja sesat katanya.

Kalau seperti itu katanya.
Harusnya umat islam juga membenci Tuhan.
Bukankah Tuhan yang membiarkan kesesatan untuk pertama kalinya?
Bukankah Tuhan yang mengijinkan iblis untuk menyesatkan anak cucu adam sampai akhir zaman?
Lantas mengapa kita tak pernah menghina Tuhan?
Tak pernah memerangi Tuhan?
Bahkan untuk protes pun tak pernah.
Padahal Tuhan bisa saja menghilangkan semua kesesatan yang ada di muka bumi ini dengan mudahnya sebagai konsekuensi sifat Maha KuasaNya.
Adi bing slamet. pernah berpikir seperti itu?
Iya benar.
Adi bing slamet harusnya membenci Tuhan.